8.29.2014

Norway in Nutshell for Pennywise Traveler

previous post

It was 6 o'clock in the morning when my bus arrived in Oslo Bussterminal.  I didn't have any map on me. I hope I could find one later in bus or train station. Free. Just like the one I got in Kastrup Airport. Saya mengeluarkan handphone dari dalam tas dan coba memahami rute dari terminal bus ke stasiun kereta dari screen capture google maps yang sudah saya simpan di hp. Saya memang berencana menitipkan tas di stasiun kereta karena masih terlalu pagi untuk ke penginapan. Jam check in baru jam 3 sore. Penginapan saya juga tidak jauh dari stasiun kereta. But it's just confusing. Yang saya tahu saya harus keluar dari bussterminal kemudian berjalan menuju stasiun kereta. Pada awalnya saya hanya mengikuti penumpang lain sampai akhirnya saya menemukan papan penunjuk ke arah stasiun kereta, masih di dalam terminal bus. Papan penunjuk tsb terus belanjut. Sempat tidak ada petunjuk sama sekali sehingga saya harus bertanya ke orang yang saya temui. Ternyata  saya tidak perlu keluar dari bussterminal. Stasiun kereta ternyata terhubung dengan terminal bus tsb :D I think I can't believe google maps anymore (or maybe it's just because I can't read it properly. Hehhehe).

Stasiun kereta masih sepi pagi itu tapi terlihat petugas keamananan dimana - mana. Saya segera mencari toilet umum untuk sekedar sikat gigi. Terakhir mandi kemarin pagi dan sepertinya baru akan mandi lagi nanti malam di penginapan :D. Selesai urusan sikat gigi saya segera mencari tempat penitipan tas. Sayangnya di tempat penitipan tas saya menemui tulisan "Sorry, temporary close due to security reason". Saya jadi ingat beberapa hari sebelum berangkat saya membaca artikel yang dishare seorang teman di facebook bahwa ada kemungkinan ancaman teroris di kota Oslo dalam beberapa hari kedepan. Bahkan dianjurkan untuk menghindari pusat - pusat keramaian seperti stasiun kereta. Waktu itu sempat khawatir sebenarnya. Tapi banyak tiket yang sudah terlanjur dipesan. Dan tidak ada travel warning juga. Jadi saya putuskan untuk tetap jalan ke Oslo. Mungkin karena itu banyak petugas keamanan berjaga - jaga dan tempat penitipan tas ditutup untuk sementara. Well, karena tidak bisa menitipkan tas di stasiun akhirnya saya putuskan untuk ke penginapan saja menitipkan tas. Tapi ternyata di stasiun kereta engga ada peta gratis! Mungkin sebenarnya ada di tourist information tapi sepenglihatan saya sih belum buka. Mungkin masih terlalu pagi. Akhirnya terpaksa beli peta di salah satu swalayan di stasiun. Mahal bleh!! Untung sudah belajar baca peta waktu di Copenhagen jadi ga pakai terlalu rempong akhirnya saya bisa sampai ke penginapan. Lucky me, reception-nya ramah sekali. Saya boleh nitipin tas dan kembali lagi nanti sore untuk check in.

Tujuan saya ke Norway sebenarnya pingin lihat pemandangan alamnya. Dengan waktu yang terbatas maka pilihan yang paling memungkinkan adalah melakukan trip "Norway in Nutshell". So, what is Norway in Nutshell (NiN)? Intinya NiN ini sebenarnya perjalanan dari Oslo menuju Bergen (atau sebaliknya) yang melenceng sedikit ke Flam. Jadi berhubung tripnya memang dimulai Oslo, jadi saya putuskan untuk stay di Oslo satu malam dan jalan - jalan di kotanya full seharian.

Bermodalkan peta saya jalan kaki dari penginapan ke Vigeland Park. Normally people will use metro :D Tapi kalau lihat di map menurut saya masih reasonable buat jalan kaki. Merasa sudah lumayan bisa baca peta, saya jadi sedikit belagu. Pokoknya ambil rute yang paling dekat even sepertinya harus melewati jalan yang agak kecil yang mungkin rada antah berantah. Well, awalnya sih baik - baik aja. Tapi Oslo di hari minggu ternyata sepiiiii. Mungkin penduduknya lagi banyak pergi liburan juga. Ga tau lah. Tapi beda banget ama Jakarta di minggu pagi. Dan lewat jalan kecil yang sepi hampir tidak ada ketemu orang sama sekali lama - lama agak bikin jiper juga. Saya ingat sebelum berangkat ke Eropa sempat baca di wikitravel ...there has been an relative increase of rape in Oslo. Jreng..jrenggggg... Parno aja. Ahirnya jalannya jadi waspada lihat kanan kiri. Kalau ada yang mencurigakan udah siap - siap lari sambil teriak aja. Pasti ada yang dengar (yakin???). Karena memang ambil jalan pintas, akhirnya saya masuk ke Vigeland Park lewat pintu belakangnya. Ngelewatin taman yang rada mirip hutan dan lagi - lagi..sepi... *what was I thinking???*

Vigeland Park is definitely an interesting park. Kind of park yang kalau di Indonesia pasti uda didemo dan dipaksa tutup sama FPI *ehh* :D
Vigeland Park Oslo

If you are a museum lover, please do come to Oslo on Sunday. Banyak sekali museum yang gratis di hari Minggu. Beruntung saya tiba di Oslo hari Minggu. Niatnya mau jabanin semua museum yang gratis di hari itu. But apparently, I spent to much time in National Gallery. Di National Gallery Oslo disimpan salah satu lukisan karya Edvard Munch yang sangat terkenal. Yups, it's  "The Scream".


© Nasjonalmuseet / Munch-museet / Munch-Ellingsen-gruppen / BONO 2010.
Foto: Jacques Lathion / Nasjonalmuseet
Penginapan saya di Oslo saya nobatkan sebagai penginapan ternyaman dalam perjalanan saya kali ini. Meskipun saya tinggal di dorm yang diisi dengan 6 tempat tidur, tapi suasananya tidak pengap dan panas seperti penginapan saya sebelumnya di Copenhagen. Waktu saya tiba di kamar ada satu orang penghuni lainnya. Niatnya pingin mencoba beramah tamah ngobrol. Siapa tau dapat info penting apa. Eh, ternyata setelah saling sapa "Hi" si mba teman sekamar langsung pasang earphone dan sibuk nulis - nulis. Ya ampuuunnn..nyari teman ngobrol aja susah ya??? Ya udah lah, ntar juga kalau penghuni yang lain datang bakal ada teman buat ngobrol juga *you think, huh??* Saya pun mandi (akhirnya) dan siap - siap untuk cabut lagi keluar penginapan.

Waktu malam saya balik ke penginapan ternyata di kamar tetap hanya ada saya dan si mba - mba earphone. Kali ini si mba ga jelas udah copot earphone apa belum tapi yang jelas dia udah tiduran di bawah selimut. Sampai saya tidur belum ada tambahan penghuni lain. Lewat tengah malam saya dengar ada suara berisik - berisik. Ternyata ada tambahan satu penghuni lagi yang baru datang. Ga berselang lama kemudian  datang satu orang lain. Total kita jadi berempat. Tapi siapa juga butuh temen ngobrol tengah malam begini?? Saya langsung lanjut tidur lagi karena besok harus bangun cepat buat kejar kereta. 

As I've mentioned previusly, Norway in Nutshell sebenarnya perjalanan dari Oslo menuju Bergen (atau sebaliknya) yang melenceng sedikit ke Flam. Dibuat lah paket tournya yang dinamakan Norway in Nutshell. Jadi detail perjalanan yang ditawarin tournya adalah: Oslo to Myrdal (train), Myrdal to Flam (train), Flam to Gudvangen (ferry), Gudvangen to Voss (Bus), Voss to Bergen (train). Kalau mau bisa diselesaikan dalam waktu satu hari tapi bakal agak terburu - buru dan nyampai Bergen dipastikan sudah malam. Harga paketnya itu NOK 1,550 atau sekitar 3jtan dalam rupiah. Bisa beli di official websitenya dan bisa dibantu untuk pesan penginapan juga kalau misalnya mau menginap dalam perjalanannya.

Well, since I'm a pennywise traveler (uhuk) saya memutuskan untuk beli ketengan aja tiketnya langsung di website nsb (untuk kereta) dan fjord1 (untuk ferry). Sedangkan untuk bus endak bisa dibeli ketengan secara online tapi harus beli ditempat. Jadi sebelum berangkat ke Norway saya sudah punya tiket yang saya beli secara online untuk Oslo to Myrdal, Myrdal to Flam dan Flam to Gudvangen. Sisanya saya berencana beli on the spot aja. Penghematannya sih sekitar NOK 300-400. Lebih ribet memang. Tapi juga jadi lebih fleksibel karena kita bebas nentuin jadwal untuk setiap moda transportasinya. Supaya enggak terlalu capek, saya putuskan buat menginap satu malam di Flam. 


Perjalanan Oslo ke Myrdal itu sekitar 5 jam. Saya sengaja memilih comfort seat yang lebih mahal sekitar NOK 80 dibandingkan seat yang regular. Alasannya simple, saya pingin bisa sambil ngecharge batere hp/ kamera dan pingin dapat kopi, teh dan coklat gratis  yang ga terbatas selama lima jam perjalanan. Semua fasilitas itu cuma ada kalau duduknya di comfort seat :D Tapi kebayang 5 jam kalau duduk sebelahan atau hadap - hadapan sama orang yang rese atau berisik pasti pusing juga. Jadi saya berdoa semoga enggak harus duduk dekat - dekat dengan penumpang lain yang kurang asik. Ternyata Tuhan SANGAT mengabulkan doa saya. Bukan hanya ga duduk sebelahan atau hadap - hadapan sama yang berisik atau rese, saya malah enggak duduk sebelahan dan hadap - hadapan sama siapa - siapa. 

Satu sampai dua jam pertama perjalanan Oslo ke Myrdal pemandangannya enggak terlalu istimewa. Saya menghabiskan waktu dengan membaca atau menjadi pengamat situasi di gerbong saya. Jadi gerbong comfort area ini ternyata isinya ga banyak. Yang duduk dibelakang saya kebanyakan keluarga. Ada yang lagi main kartu, ada yang ngobrol - ngobrol. Intinya semua HeRi (heboh sendiri) dengan rombongan masing. Di kursi sebelah saya yang dipisahkan aisle ada bapak - bapak sendirian. Matanya menerawang jauh kedepan. Lagi banyak masalah kayanya si Bapak. Mungkin lagi butuh "me time", mending jangan diganggu. Dibagian depan saya (masih dipisahin aisle) adalah dua turis (soalnya mereka ngomongnya bahasa inggris) yang kerjaannya kalau ga sibuk lihat peta ya mendadak lari ke jendela lain yang kursinya kosong buat liat pemandangan. Di sela - sela kedua aktifitas tsb biasa mereka juga demen towel - towelan. Cieeee...

Yang paling membingungkan dan agak sulit dipahami adalah rombongan yang duduk disebelah kedua turis tsb (dipisahkan aisle). Isi rombongannya ada 4 orang. 1 laki - laki caucasian masih muda, 1 kakek udah tua (ya iya lah kakek pasti tua!!) caucasian juga, dua orang perempuan asia yang tampilannya masih abege. Cewek asia yang satu bisa bahasa planet, kayanya sih bahasa Norway (Norsk). Sementara yang satu lagi ngomong pakai bahasa Inggris. Sewaktu si kakek pergi dari kursinya (ke toilet mereun nya) tiba - tiba si cewek yang bisa ngomong Norsk bangkit dari kursinya dan duduk dipangkuan si laki - laki bule. Dan kemudian melakukan hal - hal yang cukup membuat si kedua turis dan bapak - bapak yang tadinya lagi ngelamun jadi melototin sepasang sejoli ini. Begitu si kakek balik, si cewek pun balik lagi ke kursinya. Oke untuk sementara kesimpulan saya si kakek adalah orangtua atau saudara dari si laki - laki bule. Terus yang tadi duduk dipangku itu pacarnya dia. Cewek asia yang satu lagi adalah teman atau saudara pacarnya. Beres dah! Saya merasa seperti Hercule Poirot yang berhasil memecahkan misteri hubungan antar mereka (ga penting banget sihh). Sampai akhirnya beberapa kali saya lihat si cewek asia yang dipangku tadi ngerangkul si kakek sambil sekali - sekali nepok (sorry) the grandpa's butt. Saya jadi bingung. Saya merasa gagal memetakan hubungan mereka... (ini ga penting banget sih).

Setelah sekitar 2 jam perjalanan pemandangan berganti menjadi sangat bagus. Seumur hidup saya, ini adalah pemandangan paling bagus lewat jendela kereta yang pernah saya saksikan. Kereta Oslo menuju Myrdal dalam perjalanannya berhenti sebentar di beberapa stasiun. Terkadang kereta bisa berhenti sampai sekitar 10 menit sehingga penumpang bisa keluar dari kereta sebentar. Akhirnya saya bisa melihat langsung tipikal rumah - rumah Norway yang terbuat dari kayu dan dicat berwarna - warni dengan latar belakang fjord dan pegunungan yang sebagian masih diselimuti salju. Sujud syukur ya Gusti bisa sampai sini :)

Oslo to Myrdal
Setelah 5 jam kereta pun tiba di Myrdal. Perjalanan selanjutnya adalah menuju sebuah desa kecil bernama Flam. Perjalanan kereta ini (sering disebut Flamsbana) dicantumkan diwebsitenya sebagai perjalanan kereta paling indah di dunia. Waktu itu sepertinya ada keterlambatan untuk kedatangan kereta yang menuju Flam. Saya tidak terlalu memperhatikan dan tidak terlalu ambil pusing karena saya sudah beli tiket kereta secara online yang jadwal keberangkatannya masih sekitar 2 jam lagi. Dari tulisan - tulisan yang saya baca di internet banyak yang menyarankan kalau hanya transit di Myrdal lebih baik ambil kereta yang transitnya paling sebentar. Enggak ada apa - apa yang bisa dilihat kok di Myrdal, kecuali memang mau trekking ke desa lain yang di dekat situ. Well, I tell you it's definitely wrong. Lebih baik spare waktu beberapa jam di Myrdal and make a walk around the train station. Sekitar stasiun pun pemandanganya bagus. Saya sendiri sampai turun ke arah sungai kecil dan mengambil beberapa foto dari sana. Pemandangannya sangat bagus. Eniwei, karena sempat capek naik turun dan jalan sana sini saya kehabisan air minum. Niatnya pingin ngisi botol minum dengan tap water saja. Sayangnya toilet di stasiun Myrdal menurut saya masuk kategori kotor. Jadi enggak berani minum tap waternya. Akhirnya saya beli air mineral botol. And it cost me around 60ribu perak in rupiah. Waksss...!!!! Air mineral segitu di indonesia sekitar 2,500 perak keleuuuss. Oh Norway kau mahal sekali.


Around Myrdal train station
Jadwal kereta jadi kacau sepertinya. Sudah ga sepenuhnya sesuai jadwal. Tuh, siapa bilang Skandinavia selalu rapi dan teratur? :D Penumpang yang menuju Flam sudah mulai numpuk di stasiun. Ketika akhirnya kereta tiba di jam yang agak - agak mirip dengan jadwal tiket saya, ya sudah saya naik saja rebut - rebutan sama penumpang lain. Bersyukur saya masih dapat tempat duduk. Dekat jendela pula. Sementara penumpang lain banyak yang berdiri. Saya duduk di sisi kanan sementara pemandangan lebih bagus di sisi kiri menurut saya :( Perjalanan Myrdal ke Flam itu ga nyampai satu jam dan sejujurnya saya lebih kagum dengan pemandangan sebelumnya, yaitu dari Oslo ke Myrdal. Hehehhe. Pemandangannya sih gak jelek. Cuma saya lebih suka aja pemandangan sebelumnya. Ditambah lagi keretanya lebih enggak nyaman karena terlalu banyak orang.

Nyampai di stasiun kereta Flam hujan mulai turun. Salah satu kesalahan terbesar saya adalah engga terlalu cari info soal cuaca di tempat yang saya kunjungi. Summer ini, paling gitu - gitu doang *kirain*. Ternyata di Norway itu sering banget hujan. Jas hujan atau jaket kapucon harusnya jadi bawaan wajib. Berhubung engga punya waktu banyak dan ga berani trekking sendirian, begitu nyampai Flam saya langsung pesan tour buat sore itu juga ke Stegastein viewpoint. Sebelum berangkat saya memang sudah browsing buat cari info. Stegastein viewpoint merupakan salah satu spot terbaik buat menikmati keindahan fjord. Perjalanannya melewati Aurland, sebuah kota kecil yang sangat cantik. The view really take my breath away. Pemandangan dari Stegastein viewpoint sedikit mengingatkan saya ke pemandangan Danau Toba via Tele. Andai saja jalur itu dikelola dengan lebih baik :(

Selesai dari Stegastein saya bergegas ke penginapan. Sialnya saya ndak tau jalannya. Saya sudah minta peta ke tourist officer di stasiun tapi ternyata yang ada hanya peta trekking. Untung waktu selesai dalam perjalanan balik ke stasiun kereta saya melihat papan penunjuk ke arah air terjun yang namanya sama dengan nama penginapan saya. Seharusnya sih kalau namanya sama ga mungkin jauh - jauh amat satu sama lain. Buat makin meyakinkan saya numpang tanya di stasiun. Kata petugas yang di stasiun sih bener. Tinggal ikutan papan penunjuk yang kearah air terjun. Nanti pasti ketemu penginapannya. Selama perjalanan ke penginapan saya sibuk liat kanan kiri. Berasa entah lagi di negeri mana. Pemandangannya itu mystical menurut saya. Kayanya bisa aja tiba - tiba ada peri atau gnome yang keluar dari balik tebing atau batu - batu. Hehhehe.

Penginapan saya di Flam paling murah dibandingkan semua penginapan saya lainnya. Sekitar 28euro semalam. Mix dorm with sharing bathroom memang. Awalnya saya engga tahu satu kamar ada berapa orang. Karena waktu book ga ada tercantum. Cuma karena penginapan dan kamar jenis ini yang satu - satunya sesuai di kantong saya ya udah saya book aja. Waktu akhirnya sampai penginapan saya bersyukur sekali sudah memilih penginapan ini. Yang dimaksud dorm ternyata satu rumah kecil yang terdiri atas beberapa kamar. Karena saya pesannya single bed saya dapat kamar sendiri. Kamarnya kecil memang. Kecil banget malah. Model kamar di loteng. Jendelanya juga imut. Jadi terkesan lucu. Waahhh..jadi malam ini saya bisa tidur tenang enggak perlu sharing kamar sama siapa - siapa. Dan untungnya kamarnya kecil. Maklum saya penakut sebenarnya. Suka parno sendiri kalau tidur dikamar yang agak gede sendirian :D. Tapi kamar mandinya memang sharing. Dibawah pula, sementara kamarnya saya dilantai dua. Wifi nya juga ga terlalu bagus didalam kamar. Harus turun atau minimal berdiri dekat tangga. Tapi engga apa - apa. Ini mah worth it banget kalau dibandingin sama harganya. Suasana disekitar penginapannya juga tenang dan nyaman. Malam itu saya habiskan dengan jalan - jalan di sekitaran penginapan. Berhubung summer holiday maka tempat kemah ramai sekali saat itu. Kebanyakan sih yang liburan bareng keluarga. Tiba - tiba jadi ngerasa kesepian. Halah!    Malamnya saya tidur dengan ditemani suara air terjun dari kejauhan. Duh.. sujud syukur lagi ke Gusti. Meski sendirian tapi dikasih banyak keindahan dalam perjalanannya :)
My room in Flam
Besok paginya perjalanan saya berlanjut ke Gudvangen naik ferry. Naiknya dari stasiun kereta. Hehhehe. Pelabuhan ama stasiun kereta gabung soalnya. Sayangnya saya ngantri di depan ferry yang salah. Saya pikir ferrynya ga mungkin gede - gede amat. Jadinya saya ngantri di depan ferry yang rada kecilan sambil makan roti yang baru saya beli di swalayan dekat stasiun. Roti yang dari bentuknya kelihatan enak tapi waktu dimakan rasanya ya sudahlah :D :D Ketika akhirnya berhasil nemuin ferry yang benar, ternyata penumpang lain sudah banyak yang duduk di dalam. Pilihan kursi kosong enggak banyak tersisa. Niat awalnya mau naik paling atas alias ke lantai 3. Ternyata sudah full semua. Terpaksa saya duduk di lantai 2. Untungnya masih ada kursi kosong diluar. Jadi bisa bebas lihat pemandangan. Asal jangan hujan aja. Secara saya engga bawa jas hujan dan sejenisnya. Bisa bubar!

Untuk kesekian kalinya saya dibuat kagum dengan pemandangan yang saya lewati. Mengingatkan saya ke game Zanzarah yang suka saya mainkan di jaman kuliah dulu. Pemandangannya indah dan mystical (yes, I've said it a few times). Saya pun akhirnya jadi tukang poto langganan pasangan suami istri yang duduk dekat saya. Tapi mereka baik sih. Beberapa kali mereka juga nawarin buat fotoin saya. Belakangan waktu ngobrol baru tahu kalau mereka asalanya dari Singapore dan Malaysia. Si istri yang asal Malaysia langsung nyapa "Apa kabar?" waktu mereka tahu saya dari Indonesia.  Si Bapak atlit olimpiade catur mewakili Amerika. Mereka sudah pindah warga negara karena sejak kuliah sudah tinggal di  US dan tidak pernah kembali lagi untuk tinggal di Asia. Hemmmm.... Anyway, ini pertama kalinya selama di Norway (or even in Denmark) saya bisa ngobrol - ngobrol beneran. Bukan sekedar say hi, numpang tanya, minta peta atau minjem bolpen :D 

Setelah kurang lebih 2.5 jam akhirnya ferry tiba di Gudvangen. Jika mengacu ke itinerary dari paket tour NiN, perjalanan seharusnya dilanjutkan dengan bus menuju Voss kemudian dari Voss lanjut naik kereta ke Bergen. But to be honest, saya sudah mulai bosan gabung dengan rombongan tour yang suka rame dan berisik sendiri. Udah mulai bosen dengan pemandangan manusia yang bergerombol. Akhirnya saya putuskan buat naik bus yang berbeda. Bus yang menuju Bergen. Saya sempat browsing sehari sebelumnya dan nemu informasi bahwa ada bus yang ke Bergen tapi harus jalan ke halte yang letaknya enggak jelas disebutkan dimana. Setelah numpang tanya sana sini akhirnya ketemu juga haltenya. Untuk mencapai halte Bus menuju Bergen namanya E16. Letaknya dipinggir jalan raya. Jadi saya harus jalan dulu kearah jalan raya sambil manggul tas yang entah kenapa mendadak jadi berat. Mungkin ada gnome yang ngikut di dalam tas. Hiii!!

Saya sudah tiba di Halte sekitar setengah jam sebelum jadwal kedatangan bus (jadwalnya ditempelin di halte). Engga ada siapa - siapa di halte saat ini. Suasananya sepi sekali. Hanya sesekali ada kendaraan yang lewat entah itu mobil pribadi ataupun bus pariwisata. Pemandangan di depan halte bus adalah tebing dengan tiga air terjun. Cakep! Belum pernah nunggu bus di Halte yang ada pemandangan air terjunnya. Ini mah mau nunggu sejaman juga betah - betah aja kalau pemandangannya bagus gini *ngomong dalam hati*.

Hati - hati ama omongan. Meski cuman dalam hati bisa aja diaminin ama peri yang lewat (kan lagi di alam antah berantah). Beneran sudah nunggu sejam busnya belum datang juga. Lebih lama dari ngantri busway jurusan pulogadung ini mah. Bosen juga mantengin air terjun sampe sejaman. Kondisinya kurang lebih bisa dilihat di video dibawah. Eniwei, tolong abaikan celana saya yang basah. Itu gara - gara air minum tumpah di dalam tas :( Maap resolusinya jelek. File gede uploadnya lama euy. Ntar deh dibikin video yang resolusinya lebih bagus buat rangkuman semua perjalanan :)




Ga lama kemudian ada satu orang lagi yang datang ke halte. Saya segera bergeser duduknya buat memberi tempat. Dibalas dengan thanks dan langsung pake earphone *okeh whateveeeerr...

Setelah menunggu sekitar 1,5 jam akhirnya busnya datang juga. Harganya NOK300. Jadi kalau dari segi penghematan duit mah saya ga menghemat. Harganya sama - sama aja dengan naik bus dulu ke Voss baru lanjut kereta ke Bergen. Busnya tetap lewat Voss and make a stop for a while. But at least saya engga perlu rempong - rempong keluar bus dan ganti transport. Pemandangan sepanjang perjalanan juga cantik. Sayang rasanya dibawa tidur. Waktu akhirnya nyampai di Bergen hari sudah sore. Hujan pula. Untung ga gede. Belakangan saya baru tau kalau Bergen itu mirip Bogornya Indonesia. Sering banget hujan!

Norway, like the other Scandinavian Countries, is an expensive country. Selama di Norway tiap beli makan saya cuman bisa geleng - geleng kepala lihat harganya. Dan Bergen adalah kota yang paling mahal di Norway! Waktu sebelum berangkat dan cari - cari penginapan, hanya ada satu hostel yang letaknya masih ditengah kota dan sesuai dengan kantong saya. Cuma satu!! I have no choice. Jadi terpaksa saya booking yang itu walaupun score review Hostel tsb sedikit diatas pas - pasan. Sebut saja namanya Hostel Si Fulan. Eughh... Setelah melakukan booking, beberapa hari kemudian saya menerima email dari hostel tsb yang menjelaskan bahwa hostel si Fulan ini tidak memiliki resepsionis. Jadi di hari H saya akan menerima email yang berisi password code untuk masuk ke Hostel. Untuk tahu saya tidur dimana nantinya di tempat tidur akan dicantumkan nama saya. Hemmm...

Beberapa hari sebelum berangkat saya sempatkan untuk membaca lebih detail review  atas hostel tsb. Masalah utama yang sering dihadapai adalah terkait email yang dikirimkan oleh pengelola hostel sering kali terlambat atau terlalu mepet. Akhirnya banyak yang harus melakukan telepon international hanya untuk meminta kode masuk hostel ke pengelola. Belum lagi kamar yang diceritakan terlalu pengap dan sempit. Bersyukurlah jika pada saat kita tiba di hostel ada penghuni lain. Jika tidak suasana di hostel terlalu menyeramkan apabila hanya sendirian saja. Duh!! Baca reviewnya kok saya jadi males duluan. Mau liburan tapi kok rasanya terlalu nyusahin diri. Tapi hostel ini satu - satunya yang ada di area yang terbilang masih dipusat kota. Akhirnya dengan sangat terpaksa saya memutuskan untuk menginap di HOTEL. Iya, HOTEL. Bergen adalah satu - satunya kota dimana penginapan saya adalah HOTEL. Iya, HOTEL (diulang - ulang mulu). Harganya kurang lebih seperti hotel bintang 4 di Indonesia tapi kenyataannya yang saya dapat yaahh... setara hotel bintang 2 kali ya. Boleh lah nyaris 3 karena termasuk bersih, nyaman dan ramah para petugasnya.


Bok NOK 200 aja :(
Sudah mulai bosen makan serampangan dari kemarin - kemarin, pinginnya di Bergen bisa makan yang agak proper. Salah satu area yang sangat terkenal dengan makanannya adalah fish market alias pasar ikan. Tapi pasarnya ga becek atau bau. Ikan - ikannya segar dan bisa langsung dimasak kemudian dimakan di tempat. Yang jual juga namanya doang mas - mas tukang ikan tapi tampilannya mentereng pake kacamata item plus nenteng mesin EDC (karena pas ada yang mau bayar. Kalau enggak mah mesinnya diletakin. Hehheh). Melihat suasananya yang kayanya seru ahirnya saya putuskan buat malamnya makan di daerah ini. Eitss jangan salah, meskipun namanya pasar ikan dan tempat makannya sejenis warung tenda jangan harap harganya sekelas warung tenda juga. Buat makanan yang saya pesan saya harus bayar NOK 200 atau sekitar 400 ribu rupiah. Glekk!

Bergen kota terakhir yang saya kunjungi di Norway. Dari Norway saya melanjutkan perjalanan ke Reykjavik, Iceland. Bergen airport sendiri mengingatkan saya ke Soekarno Hatta. Agak chaos dan bikin pusing menurut saya. Kalau mau dapat harga yang "menyenangkan" silahkan booking tiket pesawatnya dari jauh - jauh hari. Harganya bisa hanya berkisar 1jt rupiah one way. Kemarin sih saya engga jauh - jauh hari amat bookingnya. Jadi ga dapat yang murah banget tapi ga mahal - mahal amat juga. Norwegian air juga pesawat pertama yang pernah saya tumpangi yang ngasih fasilitas internet gratis selama penerbangan. Lumayan banget lah :)

Overall, I really do like Norway. Alamnya indah dan selama perjalanan saya merasa orangnya ramah - ramah. Setiap numpang tanya atau minta penjelasan apa ke orang lokal saya merasa direspon dengan sangat ramah dan baik. Enggak di semua negara loh begitu. Contohnya negara yang berikutnya saya kunjungi :D


10 comments:

  1. i am like your blog pic wiht food visit my site Escort Girls In Dubai

    ReplyDelete
  2. thank you bgt buat blog ini... btw boleh tau nama penginapan di flam?? thank you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi! Namanya Brekke Gard Hostel. Saya pesannya lewat booking.com :)

      Delete
    2. bookingnya berapa hari sebelum berangkat??

      Delete