8.30.2014

Iceland, Love The View But Not The ...


Disclaimer: saya tidak bermaksud menjelek - jelekkan suatu negara. Saya hanya share pengalaman saya semoga bisa jadi masukan dan gambaran buat yang lain. Yang jelas pengalaman saya ini bisa saja "kebetulan" alias belum tentu dialami oleh yang lain. Bisa jadi saya sendiri belum tentu mengalami hal ini lagi jika kembali ke negeri ini suatu saat nanti. Ammmiiinnn...

Selamat sore Keflavik. Akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Iceland. Keinginan utama saya adalah mengunjungi Arnavatn Lake. Sayangnya saya belum juga menemukan tour yang memasukkan tempat tersebut dalam paketnya. Sebagai informasi tidak ada public transportation ke tempat - tempat wisata di luar Reykjavik (ibu kota Iceland). Jadi cara jalan - jalan saya di Norway tidak bisa diaplikasikan di Iceland. Pilihannya adalah ikut tour atau silahkan menyewa mobil. Karena opsi ke 2 sudah pasti tidak memungkinkan buat saya maka pilihan saya tinggal join the tour.

Saya segera mencari money changer. Saya tidak punya Icelandic Króna sama sekali. Saya sudah coba tukar di Delft sebelum berangkat tapi mereka tidak punya stok. Karena sedikit terburu - buru ingin segera keluar dari airport agar bisa cepat tiba di penginapan, saya memutuskan untuk numpang tanya saja dimana letak money changer. Daripada harus muter - muter keliling airport. Akhirnya saya samperin salah seorang petugas tiket yang lagi nyantai. Lagi bengong enggak ngapain - ngapain. Dia bekerja disini pasti dia hapal letak money changer di airport. Engga galak sih dianya. Tapi terbiasa dengan keramahan hospitality industry saya merasa kalau respon dia kurang ramah. Normally pada saat melihat ada yang datang mendekat petugas pastinya melihat ke orang tsb dan menyapa "yes, can I help you?" Tapi petugas yang satu ini diam saja meski saya sudah jelas - jelas saya ada di depannya. Lebih parahnya dia bahkan tidak melihat kearah saya tapi justru memandang kearah lain. Akhirnya saya menyapanya "helllooooouuwww" baru dia melihat kearah saya kemudian menjawab pertanyaan saya. Tanpa senyum loh ya.. Waktu itu saya masih menggapnya biasa saja. Sampai ketidakramahan ini akhirnya terus berlanjut.

Waktu saya menukarkan uang ke petugas money changer mereka juga melayani tanpa tersenyum. Ngomongnya datar banget. Enggak jutek atau galak. Tapi enggak ramah seperti tempat - tempat lain aja. Dia juga agak bete waktu saya minta amplop buat duitnya. Ya elah mbaaa... Dimana - mana kalau nuker duit malah udah langsung dikasih amplopnya lageee...

Beres urusan tukar uang saya segera membeli tiket bus. Udara dingin mulai terasa. Beughh... katanya summer. Berhubung belum punya peta dan lagi kumat malesnya, saya membeli tiket bus yang menyediakan jasa pengantaran sampai ke penginapan. Normally penumpang dari airport akan didrop di terminal bus Reykjavik, tapi kalau mau kita bisa minta didrop di penginapan. Tambahan biayanya kalau dirupiahin enggak nyampai 100rb kok. Petugas tiket busnya engga jauh beda dengan petugas lain yang saya temui. Setelah beli tiket saya nanya busnya kira - kira berangkat jam berapa? Dia menjawab "Busnya berangkat sekarang" tapi ngomongnya sambil buang muka n buang badan alias jalan ngejauhin loket. Kelakuan unik lainnya... Mungkin mereka terbiasa cuek aja kali ya. Apalagi kebanyakan mereka masih muda. Jadi masih suka sok asik gitu. Helah!! tapi belakangan saya lihat sendiri kok. Yang tua juga ga beda - beda amat kelakuannya :)

Never underestimate Iceland's weather. Begitu benar - benar keluar dari airport dan jalan menuju bus, gigi saya sampai gemeretak. Anginnya kencang. Rambut keriting gagal saya jadi makin berantakan. Suhunya waktu itu sekitar 11 derajat celcius. Tapi perpaduan angin dan tingkat humidity yang sepertinya cukup berbeda dengan negara Eropa lainnya membuat dinginnya jadi ga ketulungan. Mulai berasa salah kostum. Bersyukur di dalam bus hangat. Saya sibuk memperhatikan pemandangan dan juga brosur - brosur paket tour yang saya kumpulkan dari airport. Dan tidak ada satupun yang menawarkan paket ke Arnavatn Lake :( Eniwei, sopir bus saya waktu itu ganteng sekali (oot ini mah).

Tjornin Pond
Sisa hari itu saya habiskan dengan mengunjungi Tjörnin Pond dan mengobrol dengan penghuni penginapan lainnya untuk mencari tahu informasi tour apa yang paling menarik. Sepertinya saya sudah harus mencoret Arnavatn lake dari list saya karena tidak ada paket tour kesana. Saran dari mereka dengan keterbatasan waktu saya lebih baik ambil paket tour Golden Circle dan juga Blue Lagoon. Sayangnya saya engga bawa baju renang buat ke Blue Lagoon. Ogah kalau mesti beli karena saya sudah harus keluar duit juga buat beli kupluk, sarung tangan dan kaos kaki. Bleh!! Sapa suruh enggak cari tahu info cuaca dulu sebelum berangkat. Semua penghuni kamar (kecuali saya) akan meninggalkan Islandia esok hari. Karena sudah mau pisah mereka banyak saling ngobrol satu sama lain. Ngomongin tempat - tempat yang sudah mereka kunjungi di Iceland. Saya lebih banyak sibuk sendiri memilih paket tour dan menimbang - nimbang masukan yang sudah mereka berikan. Rata - rata mereka sudah berada di Iceland semenjak seminggu yang lalu bahkan ada yang lebih. Diakhir percakapan sebelum tidur mereka saling menanyakan nama masing - masing. Hahahhaha... Terus selama seminggu kemarin...???

Pagi - pagi keesokan harinya saya minta tolong resepsionis penginapan untuk book tour "Golden Circle and Green Energy". Pembayarannya bisa langsung dilakukan di resepsionis penginapan. Oh iya semua petugas di penginapannya sih ramah - ramah. Belum ada nemu yang kelakuannya unik kaya di airport :D Untuk hari ini saya putuskan menghabiskan waktu dengan city sightseiing di Reykjavik. Mulai dari concert hall, museum, gereja, semua pokoknya. Sekalian pingin keluar masuk toko beli apalah gitu. It's Iceland!! I should bring something from here. But just like the other Scandinavia countries, Iceland is expensive. Untuk beli kupluk, sarung tangan dan kaos kaki saya keluar uang sekitar 1juta rupiah *sigh* 
Reykjavik from the tower of Hallgrímskirkja Church
Malam itu saya memutuskan untuk makan malam di salah satu restaurant yang khusus menyediakan menu ikan. Berhubung tidak ada tempat yang kosong saya memutuskan untuk take away. Menunya dituliskan di papan yang digantung. Kita pesan di kasir, bayar, baru kemudian makanan disiapkan. Saya memperhatikan menu tsb dan memutuskan untuk bertanya lebih detil ke pelayan di kasir nantinya. Beberapa menu ditulis dengan penjelasan yang cukup tapi sebagian hanya ditulis seperti "fish of the day". Meneketehe itu isinya apaan. Lagian namanya baru pertama kali wajar dong kalau mau nanya - nanya. Sepertinya dua turis yang mengantri di depan saya juga berfikir hal yang sama. Ketiba tiba giliran mereka di depan kasir mereka menanyakan sesuatu. Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan sampai akhirnya saya mendengar si petugas di kasir menjawab kurang lebih seperti "lihat aja di papan. Semua sudah jelas kok disitu". Kemudian dia pergi meninggalkan meja kasir. Kedua turis tsb terlihat bingung dan saling berpandang - pandangan. Kemudian mereka berbicara dalam bahasa yang tidak saya mengerti. Ga berapa lama si petugas balik lagi ke kasir terus ngomong " So, what do you want to order?" Duhhh... Akhirnya begitu tiba giliran saya tanpa banyak babibu saya langsung ngomong "Fish of the day for take away, please". Hehhehhe...

Pengalaman paling enggak menyenangkan saya alami keesokan harinya. Menurut jadwal saya akan dijemput di penginapan untuk memulai tour sekitar jam 07.30 - 08.00. Saya membaca informasi yang ada dibrosur travel agent tsb, seingat saya tidak ada keharusan saya harus menunggu di luar penginapan. Tour agent yang lain memang ada yang menyebutkan ketentuan tsb dalam paketnya. Tapi tidak untuk tour yang saya book ini. Menunggu diluar penginapan dipagi hari juga bukan hal yang menyenangkan. Hanya ada sedikit kursi dan semua sudah terisi. Ada yang merokok dan anginnya dingin sekali. Lobi penginapan saya juga tidak terlalu besar. Letaknya sangat dekat  jalan raya sehingga bisa melihat kendaraan yang lalu lalang. Saya sudah menunggu di lobi dari jam 7.15. Saya melihat sejumlah tour agent yang menjemput peserta tour di penginapan. Mekanismenya biasanya petugas tour tsb masuk ke penginapan kemudian memanggil nama peserta tour atau mendatangi resepsionis. Peserta tour yang mendengar namanya dipanggil akan mendatangi si petugas terus cabut bareng - bareng. That's all. Selama peserta tournya sudah ada di lobi prosessnya ga nyampai 1 menit kok.

Saya menunggu sampai pukul 07.45 dan belum ada juga petugas tour yang datang menjemput. Saya terus memperhatikan jalanan sambil mendengarkan ocehan salah seorang teman sekamar yang saat itu juga sedang ada di lobi. Dia mengeluh karena tidak membawa sepatu dan baju hangat ke Iceland. Dia fikir suhunya sama seperti negara Eropa lainnya. Ternyata saya ga sendirian :D

Sekitar jam 8 kurang sedikit tiba - tiba ada laki - laki bertubuh besar dan sudah agak berumur masuk ke lobi dan langsung berteriak "Emma for the Golden Circle bla..bla..bla.." Suaranya lebih seperti orang yang ngamuk dan ngebentak daripada manggil peserta tour. Seluruh orang yang ada di lobby langsung terdiam dan memandang ke laki - laki tsb. Saya juga kaget bukan kepalang. Saya berdiri. Teman saya yang tadi sibuk ngoceh pun mendadak bengong dan cuman sempat ngomong "Oh my God, good luck and have fun". Beugghhh... 

Begitu saya samperin si petugas tour dia lanjut ngomel "Next time please wait outside and pay attention. We can not park here!!". Terus dia langsung kabur kebalik kemudi. Gembeeellll. Dari tadi juga banyak mobil tour lain yang parkir di depan penginapan. Lah minivan dia sendiri sekarang lagi nangkring depan penginapan. Lagian ga usah bentak - bentak gitu napa?? Gw bayar elu gilaaakkk.. Begitu lu masuk lobi juga gw udah ada n langsung bisa jalan. Pemalesan banget sih!! Lagian enggak bisa ngomong baik - baik?? Asli belum pernah nih ceritanya saya jalan - jalan terus ketemu orang yang bentak - bentak saya kaya begitu. Your country is not the first country I visit!! I've been to many countries before and I have no problem with the people there. I know how to behave when I travel!!

Saya pun masuk ke minivan tsb dengan bete luar biasa. Tapi mau ngamuk juga ga guna. Ntar bikin keadaan makin ga enak. Sementara saya pingin jalan - jalan! Mau ganti tour lain juga takutnya udah ga keburu lagi nyari - nyari. But eniwei, kalau di lain waktu saya mengalami perlakuan kaya begitu lagi saya pasti bakal ngamuk balik. Kalau perlu saya batalin aja ikut jalan - jalannya. Bodo de rugi duit, at least he/ she knows you should treat people politely. Jangan seenak udel sendiri.

Þingvellir national park
Regardless kelakuan si kakek driver merangkap tourguide yang sangat menyebalkan itu, iceland is such a beautiful country. Alamnya Iceland memang sangat indah. Saya mengunjungi Geothermal plant, waterfall of Faxi, volcanic Crater Kerid, Gullfoss waterfall, Geysir area, dan Þingvellir national park. Selama tour saya ogah berinteraksi dengan si kakek nyebelin. Waktu sudah selesai tour pun saya ogah kasih tip. Saya cuma bilang thank you. Udah itu aja. Beneran deh... Mungkin efek negara ini yang letaknya terpencil dan enggak banyak berhubungan dengan dunia luar alias kurang piknik membuat mereka engga terbiasa dengan ramah tamah. Pokoknya ngomong apa adanya aja sesuai yang dipikiran. But again, I don't want to generalize. Opini saya ini cuman mengacu ke orang - orang yang kelakuannya kurang menyenangkan yang saya temui selama di sana. Enggak semua juga kok engga ramah.

However, I still like Iceland (but not as much as I like Norway). Biarpun saya banyak ketemu orang - orang dengan kelakuan unik disana, tapi keindahan alamnya bisa membayar kekesalan berurusan dengan mahluk - mahluk unik tsb. Buat yang mau ke Iceland bisa digabungin dengan trip ke UK. Karena pesawat dari UK ke Iceland dan sebaliknya harganya termasuk murah. Kalau beruntung kadang bisa dapat dibawah 1jt rupiah. Cuma sayangnya visanya kudu apply 2 karena UK tidak masuk ke negara yang bisa dikunjungi dengan visa schengen.

Saya sendiri kemarin naik budget airlines Flybee dari Keflavik (Iceland) ke Amsterdam dan transit di Birmingham. Namanya doang connecting flight tapi boarding pass cuman dapat 1 yang buat ke Birmingham doang. Dari Birmingham harus ngelewatin imigrasi dan check in lagi. Beruntung Indonesia ada perjanjian TWOV or Transit Without Visa dengan UK. Jadi kita bisa transit di UK sampai dengan 24 jam tanpa perlu visa. Petugas imigrasinya sih ga terlalu aware dengan aturan tsb. Justru saya harus jelasin dulu. Tapi semua informasinya lengkap di database mereka jadi mereka langsung terima penjelasan saya. Saya dikasih visa transit untuk jangka waktu 24 jam. Sayangnya penerbangan saya berikutnya hanya berjarak 2 jam. Enggak cukup buat kabur dulu jalan - jalan ke kota. Petugas imigrasinya sendiri sangat ramah dan demen bercanda. Yang bikin proses di imigrasinya lama karena mereka demen becanda. Tapi saya ga ngerti mereka ngomongin apaan karena logat British mereka yang sangat kental. Saya cuman bisa cengengesan demi kesopanan. Abis enggak tahu mau nanggepin apa. Satu - satunya becandaan mereka yang saya ngerti cuma "Kok kamu engga bawain kami ikan mentah sih dari Iceland?" yang disambut dengan ketawa kenceng sesama petugas. Yah, begitulah :D :D 

Balik ke Belanda rasanya nyaman sekali malam itu bisa tidur di rumah sambil ketawa - ketawa sama ponakan. Saya bersyukur waktu itu memutuskan untuk melakukan perjalanan ke beberapa negara sendirian. Benar kalau ada yang bilang Sometimes It's Not Where We TravelBut Who We Travel With... With nya itu bisa refer ke orang lain atau ke diri kita sendiri. Kalau mau travelingnya jadi asik, maka jadilah orang yang asik. Be fun along the way. Putuskan untuk tetap hepi selama perjalannya.  And everytime I end my trip I always realise, memang banyak orang yang jahat dan menyebalkan di dunia ini, tapi orang yang baik dan menyenangkan jauh lebih banyak jumlahnya :) :)


*if you need the expense report of my itinerary, I keep the notes in excel (except for the food). You can contact me via email and I'll send it to you :)


8.29.2014

Norway in Nutshell for Pennywise Traveler

previous post

It was 6 o'clock in the morning when my bus arrived in Oslo Bussterminal.  I didn't have any map on me. I hope I could find one later in bus or train station. Free. Just like the one I got in Kastrup Airport. Saya mengeluarkan handphone dari dalam tas dan coba memahami rute dari terminal bus ke stasiun kereta dari screen capture google maps yang sudah saya simpan di hp. Saya memang berencana menitipkan tas di stasiun kereta karena masih terlalu pagi untuk ke penginapan. Jam check in baru jam 3 sore. Penginapan saya juga tidak jauh dari stasiun kereta. But it's just confusing. Yang saya tahu saya harus keluar dari bussterminal kemudian berjalan menuju stasiun kereta. Pada awalnya saya hanya mengikuti penumpang lain sampai akhirnya saya menemukan papan penunjuk ke arah stasiun kereta, masih di dalam terminal bus. Papan penunjuk tsb terus belanjut. Sempat tidak ada petunjuk sama sekali sehingga saya harus bertanya ke orang yang saya temui. Ternyata  saya tidak perlu keluar dari bussterminal. Stasiun kereta ternyata terhubung dengan terminal bus tsb :D I think I can't believe google maps anymore (or maybe it's just because I can't read it properly. Hehhehe).

Stasiun kereta masih sepi pagi itu tapi terlihat petugas keamananan dimana - mana. Saya segera mencari toilet umum untuk sekedar sikat gigi. Terakhir mandi kemarin pagi dan sepertinya baru akan mandi lagi nanti malam di penginapan :D. Selesai urusan sikat gigi saya segera mencari tempat penitipan tas. Sayangnya di tempat penitipan tas saya menemui tulisan "Sorry, temporary close due to security reason". Saya jadi ingat beberapa hari sebelum berangkat saya membaca artikel yang dishare seorang teman di facebook bahwa ada kemungkinan ancaman teroris di kota Oslo dalam beberapa hari kedepan. Bahkan dianjurkan untuk menghindari pusat - pusat keramaian seperti stasiun kereta. Waktu itu sempat khawatir sebenarnya. Tapi banyak tiket yang sudah terlanjur dipesan. Dan tidak ada travel warning juga. Jadi saya putuskan untuk tetap jalan ke Oslo. Mungkin karena itu banyak petugas keamanan berjaga - jaga dan tempat penitipan tas ditutup untuk sementara. Well, karena tidak bisa menitipkan tas di stasiun akhirnya saya putuskan untuk ke penginapan saja menitipkan tas. Tapi ternyata di stasiun kereta engga ada peta gratis! Mungkin sebenarnya ada di tourist information tapi sepenglihatan saya sih belum buka. Mungkin masih terlalu pagi. Akhirnya terpaksa beli peta di salah satu swalayan di stasiun. Mahal bleh!! Untung sudah belajar baca peta waktu di Copenhagen jadi ga pakai terlalu rempong akhirnya saya bisa sampai ke penginapan. Lucky me, reception-nya ramah sekali. Saya boleh nitipin tas dan kembali lagi nanti sore untuk check in.

Tujuan saya ke Norway sebenarnya pingin lihat pemandangan alamnya. Dengan waktu yang terbatas maka pilihan yang paling memungkinkan adalah melakukan trip "Norway in Nutshell". So, what is Norway in Nutshell (NiN)? Intinya NiN ini sebenarnya perjalanan dari Oslo menuju Bergen (atau sebaliknya) yang melenceng sedikit ke Flam. Jadi berhubung tripnya memang dimulai Oslo, jadi saya putuskan untuk stay di Oslo satu malam dan jalan - jalan di kotanya full seharian.

Bermodalkan peta saya jalan kaki dari penginapan ke Vigeland Park. Normally people will use metro :D Tapi kalau lihat di map menurut saya masih reasonable buat jalan kaki. Merasa sudah lumayan bisa baca peta, saya jadi sedikit belagu. Pokoknya ambil rute yang paling dekat even sepertinya harus melewati jalan yang agak kecil yang mungkin rada antah berantah. Well, awalnya sih baik - baik aja. Tapi Oslo di hari minggu ternyata sepiiiii. Mungkin penduduknya lagi banyak pergi liburan juga. Ga tau lah. Tapi beda banget ama Jakarta di minggu pagi. Dan lewat jalan kecil yang sepi hampir tidak ada ketemu orang sama sekali lama - lama agak bikin jiper juga. Saya ingat sebelum berangkat ke Eropa sempat baca di wikitravel ...there has been an relative increase of rape in Oslo. Jreng..jrenggggg... Parno aja. Ahirnya jalannya jadi waspada lihat kanan kiri. Kalau ada yang mencurigakan udah siap - siap lari sambil teriak aja. Pasti ada yang dengar (yakin???). Karena memang ambil jalan pintas, akhirnya saya masuk ke Vigeland Park lewat pintu belakangnya. Ngelewatin taman yang rada mirip hutan dan lagi - lagi..sepi... *what was I thinking???*

Vigeland Park is definitely an interesting park. Kind of park yang kalau di Indonesia pasti uda didemo dan dipaksa tutup sama FPI *ehh* :D
Vigeland Park Oslo

If you are a museum lover, please do come to Oslo on Sunday. Banyak sekali museum yang gratis di hari Minggu. Beruntung saya tiba di Oslo hari Minggu. Niatnya mau jabanin semua museum yang gratis di hari itu. But apparently, I spent to much time in National Gallery. Di National Gallery Oslo disimpan salah satu lukisan karya Edvard Munch yang sangat terkenal. Yups, it's  "The Scream".


© Nasjonalmuseet / Munch-museet / Munch-Ellingsen-gruppen / BONO 2010.
Foto: Jacques Lathion / Nasjonalmuseet
Penginapan saya di Oslo saya nobatkan sebagai penginapan ternyaman dalam perjalanan saya kali ini. Meskipun saya tinggal di dorm yang diisi dengan 6 tempat tidur, tapi suasananya tidak pengap dan panas seperti penginapan saya sebelumnya di Copenhagen. Waktu saya tiba di kamar ada satu orang penghuni lainnya. Niatnya pingin mencoba beramah tamah ngobrol. Siapa tau dapat info penting apa. Eh, ternyata setelah saling sapa "Hi" si mba teman sekamar langsung pasang earphone dan sibuk nulis - nulis. Ya ampuuunnn..nyari teman ngobrol aja susah ya??? Ya udah lah, ntar juga kalau penghuni yang lain datang bakal ada teman buat ngobrol juga *you think, huh??* Saya pun mandi (akhirnya) dan siap - siap untuk cabut lagi keluar penginapan.

Waktu malam saya balik ke penginapan ternyata di kamar tetap hanya ada saya dan si mba - mba earphone. Kali ini si mba ga jelas udah copot earphone apa belum tapi yang jelas dia udah tiduran di bawah selimut. Sampai saya tidur belum ada tambahan penghuni lain. Lewat tengah malam saya dengar ada suara berisik - berisik. Ternyata ada tambahan satu penghuni lagi yang baru datang. Ga berselang lama kemudian  datang satu orang lain. Total kita jadi berempat. Tapi siapa juga butuh temen ngobrol tengah malam begini?? Saya langsung lanjut tidur lagi karena besok harus bangun cepat buat kejar kereta. 

As I've mentioned previusly, Norway in Nutshell sebenarnya perjalanan dari Oslo menuju Bergen (atau sebaliknya) yang melenceng sedikit ke Flam. Dibuat lah paket tournya yang dinamakan Norway in Nutshell. Jadi detail perjalanan yang ditawarin tournya adalah: Oslo to Myrdal (train), Myrdal to Flam (train), Flam to Gudvangen (ferry), Gudvangen to Voss (Bus), Voss to Bergen (train). Kalau mau bisa diselesaikan dalam waktu satu hari tapi bakal agak terburu - buru dan nyampai Bergen dipastikan sudah malam. Harga paketnya itu NOK 1,550 atau sekitar 3jtan dalam rupiah. Bisa beli di official websitenya dan bisa dibantu untuk pesan penginapan juga kalau misalnya mau menginap dalam perjalanannya.

Well, since I'm a pennywise traveler (uhuk) saya memutuskan untuk beli ketengan aja tiketnya langsung di website nsb (untuk kereta) dan fjord1 (untuk ferry). Sedangkan untuk bus endak bisa dibeli ketengan secara online tapi harus beli ditempat. Jadi sebelum berangkat ke Norway saya sudah punya tiket yang saya beli secara online untuk Oslo to Myrdal, Myrdal to Flam dan Flam to Gudvangen. Sisanya saya berencana beli on the spot aja. Penghematannya sih sekitar NOK 300-400. Lebih ribet memang. Tapi juga jadi lebih fleksibel karena kita bebas nentuin jadwal untuk setiap moda transportasinya. Supaya enggak terlalu capek, saya putuskan buat menginap satu malam di Flam. 


Perjalanan Oslo ke Myrdal itu sekitar 5 jam. Saya sengaja memilih comfort seat yang lebih mahal sekitar NOK 80 dibandingkan seat yang regular. Alasannya simple, saya pingin bisa sambil ngecharge batere hp/ kamera dan pingin dapat kopi, teh dan coklat gratis  yang ga terbatas selama lima jam perjalanan. Semua fasilitas itu cuma ada kalau duduknya di comfort seat :D Tapi kebayang 5 jam kalau duduk sebelahan atau hadap - hadapan sama orang yang rese atau berisik pasti pusing juga. Jadi saya berdoa semoga enggak harus duduk dekat - dekat dengan penumpang lain yang kurang asik. Ternyata Tuhan SANGAT mengabulkan doa saya. Bukan hanya ga duduk sebelahan atau hadap - hadapan sama yang berisik atau rese, saya malah enggak duduk sebelahan dan hadap - hadapan sama siapa - siapa. 

Satu sampai dua jam pertama perjalanan Oslo ke Myrdal pemandangannya enggak terlalu istimewa. Saya menghabiskan waktu dengan membaca atau menjadi pengamat situasi di gerbong saya. Jadi gerbong comfort area ini ternyata isinya ga banyak. Yang duduk dibelakang saya kebanyakan keluarga. Ada yang lagi main kartu, ada yang ngobrol - ngobrol. Intinya semua HeRi (heboh sendiri) dengan rombongan masing. Di kursi sebelah saya yang dipisahkan aisle ada bapak - bapak sendirian. Matanya menerawang jauh kedepan. Lagi banyak masalah kayanya si Bapak. Mungkin lagi butuh "me time", mending jangan diganggu. Dibagian depan saya (masih dipisahin aisle) adalah dua turis (soalnya mereka ngomongnya bahasa inggris) yang kerjaannya kalau ga sibuk lihat peta ya mendadak lari ke jendela lain yang kursinya kosong buat liat pemandangan. Di sela - sela kedua aktifitas tsb biasa mereka juga demen towel - towelan. Cieeee...

Yang paling membingungkan dan agak sulit dipahami adalah rombongan yang duduk disebelah kedua turis tsb (dipisahkan aisle). Isi rombongannya ada 4 orang. 1 laki - laki caucasian masih muda, 1 kakek udah tua (ya iya lah kakek pasti tua!!) caucasian juga, dua orang perempuan asia yang tampilannya masih abege. Cewek asia yang satu bisa bahasa planet, kayanya sih bahasa Norway (Norsk). Sementara yang satu lagi ngomong pakai bahasa Inggris. Sewaktu si kakek pergi dari kursinya (ke toilet mereun nya) tiba - tiba si cewek yang bisa ngomong Norsk bangkit dari kursinya dan duduk dipangkuan si laki - laki bule. Dan kemudian melakukan hal - hal yang cukup membuat si kedua turis dan bapak - bapak yang tadinya lagi ngelamun jadi melototin sepasang sejoli ini. Begitu si kakek balik, si cewek pun balik lagi ke kursinya. Oke untuk sementara kesimpulan saya si kakek adalah orangtua atau saudara dari si laki - laki bule. Terus yang tadi duduk dipangku itu pacarnya dia. Cewek asia yang satu lagi adalah teman atau saudara pacarnya. Beres dah! Saya merasa seperti Hercule Poirot yang berhasil memecahkan misteri hubungan antar mereka (ga penting banget sihh). Sampai akhirnya beberapa kali saya lihat si cewek asia yang dipangku tadi ngerangkul si kakek sambil sekali - sekali nepok (sorry) the grandpa's butt. Saya jadi bingung. Saya merasa gagal memetakan hubungan mereka... (ini ga penting banget sih).

Setelah sekitar 2 jam perjalanan pemandangan berganti menjadi sangat bagus. Seumur hidup saya, ini adalah pemandangan paling bagus lewat jendela kereta yang pernah saya saksikan. Kereta Oslo menuju Myrdal dalam perjalanannya berhenti sebentar di beberapa stasiun. Terkadang kereta bisa berhenti sampai sekitar 10 menit sehingga penumpang bisa keluar dari kereta sebentar. Akhirnya saya bisa melihat langsung tipikal rumah - rumah Norway yang terbuat dari kayu dan dicat berwarna - warni dengan latar belakang fjord dan pegunungan yang sebagian masih diselimuti salju. Sujud syukur ya Gusti bisa sampai sini :)

Oslo to Myrdal
Setelah 5 jam kereta pun tiba di Myrdal. Perjalanan selanjutnya adalah menuju sebuah desa kecil bernama Flam. Perjalanan kereta ini (sering disebut Flamsbana) dicantumkan diwebsitenya sebagai perjalanan kereta paling indah di dunia. Waktu itu sepertinya ada keterlambatan untuk kedatangan kereta yang menuju Flam. Saya tidak terlalu memperhatikan dan tidak terlalu ambil pusing karena saya sudah beli tiket kereta secara online yang jadwal keberangkatannya masih sekitar 2 jam lagi. Dari tulisan - tulisan yang saya baca di internet banyak yang menyarankan kalau hanya transit di Myrdal lebih baik ambil kereta yang transitnya paling sebentar. Enggak ada apa - apa yang bisa dilihat kok di Myrdal, kecuali memang mau trekking ke desa lain yang di dekat situ. Well, I tell you it's definitely wrong. Lebih baik spare waktu beberapa jam di Myrdal and make a walk around the train station. Sekitar stasiun pun pemandanganya bagus. Saya sendiri sampai turun ke arah sungai kecil dan mengambil beberapa foto dari sana. Pemandangannya sangat bagus. Eniwei, karena sempat capek naik turun dan jalan sana sini saya kehabisan air minum. Niatnya pingin ngisi botol minum dengan tap water saja. Sayangnya toilet di stasiun Myrdal menurut saya masuk kategori kotor. Jadi enggak berani minum tap waternya. Akhirnya saya beli air mineral botol. And it cost me around 60ribu perak in rupiah. Waksss...!!!! Air mineral segitu di indonesia sekitar 2,500 perak keleuuuss. Oh Norway kau mahal sekali.


Around Myrdal train station
Jadwal kereta jadi kacau sepertinya. Sudah ga sepenuhnya sesuai jadwal. Tuh, siapa bilang Skandinavia selalu rapi dan teratur? :D Penumpang yang menuju Flam sudah mulai numpuk di stasiun. Ketika akhirnya kereta tiba di jam yang agak - agak mirip dengan jadwal tiket saya, ya sudah saya naik saja rebut - rebutan sama penumpang lain. Bersyukur saya masih dapat tempat duduk. Dekat jendela pula. Sementara penumpang lain banyak yang berdiri. Saya duduk di sisi kanan sementara pemandangan lebih bagus di sisi kiri menurut saya :( Perjalanan Myrdal ke Flam itu ga nyampai satu jam dan sejujurnya saya lebih kagum dengan pemandangan sebelumnya, yaitu dari Oslo ke Myrdal. Hehehhe. Pemandangannya sih gak jelek. Cuma saya lebih suka aja pemandangan sebelumnya. Ditambah lagi keretanya lebih enggak nyaman karena terlalu banyak orang.

Nyampai di stasiun kereta Flam hujan mulai turun. Salah satu kesalahan terbesar saya adalah engga terlalu cari info soal cuaca di tempat yang saya kunjungi. Summer ini, paling gitu - gitu doang *kirain*. Ternyata di Norway itu sering banget hujan. Jas hujan atau jaket kapucon harusnya jadi bawaan wajib. Berhubung engga punya waktu banyak dan ga berani trekking sendirian, begitu nyampai Flam saya langsung pesan tour buat sore itu juga ke Stegastein viewpoint. Sebelum berangkat saya memang sudah browsing buat cari info. Stegastein viewpoint merupakan salah satu spot terbaik buat menikmati keindahan fjord. Perjalanannya melewati Aurland, sebuah kota kecil yang sangat cantik. The view really take my breath away. Pemandangan dari Stegastein viewpoint sedikit mengingatkan saya ke pemandangan Danau Toba via Tele. Andai saja jalur itu dikelola dengan lebih baik :(

Selesai dari Stegastein saya bergegas ke penginapan. Sialnya saya ndak tau jalannya. Saya sudah minta peta ke tourist officer di stasiun tapi ternyata yang ada hanya peta trekking. Untung waktu selesai dalam perjalanan balik ke stasiun kereta saya melihat papan penunjuk ke arah air terjun yang namanya sama dengan nama penginapan saya. Seharusnya sih kalau namanya sama ga mungkin jauh - jauh amat satu sama lain. Buat makin meyakinkan saya numpang tanya di stasiun. Kata petugas yang di stasiun sih bener. Tinggal ikutan papan penunjuk yang kearah air terjun. Nanti pasti ketemu penginapannya. Selama perjalanan ke penginapan saya sibuk liat kanan kiri. Berasa entah lagi di negeri mana. Pemandangannya itu mystical menurut saya. Kayanya bisa aja tiba - tiba ada peri atau gnome yang keluar dari balik tebing atau batu - batu. Hehhehe.

Penginapan saya di Flam paling murah dibandingkan semua penginapan saya lainnya. Sekitar 28euro semalam. Mix dorm with sharing bathroom memang. Awalnya saya engga tahu satu kamar ada berapa orang. Karena waktu book ga ada tercantum. Cuma karena penginapan dan kamar jenis ini yang satu - satunya sesuai di kantong saya ya udah saya book aja. Waktu akhirnya sampai penginapan saya bersyukur sekali sudah memilih penginapan ini. Yang dimaksud dorm ternyata satu rumah kecil yang terdiri atas beberapa kamar. Karena saya pesannya single bed saya dapat kamar sendiri. Kamarnya kecil memang. Kecil banget malah. Model kamar di loteng. Jendelanya juga imut. Jadi terkesan lucu. Waahhh..jadi malam ini saya bisa tidur tenang enggak perlu sharing kamar sama siapa - siapa. Dan untungnya kamarnya kecil. Maklum saya penakut sebenarnya. Suka parno sendiri kalau tidur dikamar yang agak gede sendirian :D. Tapi kamar mandinya memang sharing. Dibawah pula, sementara kamarnya saya dilantai dua. Wifi nya juga ga terlalu bagus didalam kamar. Harus turun atau minimal berdiri dekat tangga. Tapi engga apa - apa. Ini mah worth it banget kalau dibandingin sama harganya. Suasana disekitar penginapannya juga tenang dan nyaman. Malam itu saya habiskan dengan jalan - jalan di sekitaran penginapan. Berhubung summer holiday maka tempat kemah ramai sekali saat itu. Kebanyakan sih yang liburan bareng keluarga. Tiba - tiba jadi ngerasa kesepian. Halah!    Malamnya saya tidur dengan ditemani suara air terjun dari kejauhan. Duh.. sujud syukur lagi ke Gusti. Meski sendirian tapi dikasih banyak keindahan dalam perjalanannya :)
My room in Flam
Besok paginya perjalanan saya berlanjut ke Gudvangen naik ferry. Naiknya dari stasiun kereta. Hehhehe. Pelabuhan ama stasiun kereta gabung soalnya. Sayangnya saya ngantri di depan ferry yang salah. Saya pikir ferrynya ga mungkin gede - gede amat. Jadinya saya ngantri di depan ferry yang rada kecilan sambil makan roti yang baru saya beli di swalayan dekat stasiun. Roti yang dari bentuknya kelihatan enak tapi waktu dimakan rasanya ya sudahlah :D :D Ketika akhirnya berhasil nemuin ferry yang benar, ternyata penumpang lain sudah banyak yang duduk di dalam. Pilihan kursi kosong enggak banyak tersisa. Niat awalnya mau naik paling atas alias ke lantai 3. Ternyata sudah full semua. Terpaksa saya duduk di lantai 2. Untungnya masih ada kursi kosong diluar. Jadi bisa bebas lihat pemandangan. Asal jangan hujan aja. Secara saya engga bawa jas hujan dan sejenisnya. Bisa bubar!

Untuk kesekian kalinya saya dibuat kagum dengan pemandangan yang saya lewati. Mengingatkan saya ke game Zanzarah yang suka saya mainkan di jaman kuliah dulu. Pemandangannya indah dan mystical (yes, I've said it a few times). Saya pun akhirnya jadi tukang poto langganan pasangan suami istri yang duduk dekat saya. Tapi mereka baik sih. Beberapa kali mereka juga nawarin buat fotoin saya. Belakangan waktu ngobrol baru tahu kalau mereka asalanya dari Singapore dan Malaysia. Si istri yang asal Malaysia langsung nyapa "Apa kabar?" waktu mereka tahu saya dari Indonesia.  Si Bapak atlit olimpiade catur mewakili Amerika. Mereka sudah pindah warga negara karena sejak kuliah sudah tinggal di  US dan tidak pernah kembali lagi untuk tinggal di Asia. Hemmmm.... Anyway, ini pertama kalinya selama di Norway (or even in Denmark) saya bisa ngobrol - ngobrol beneran. Bukan sekedar say hi, numpang tanya, minta peta atau minjem bolpen :D 

Setelah kurang lebih 2.5 jam akhirnya ferry tiba di Gudvangen. Jika mengacu ke itinerary dari paket tour NiN, perjalanan seharusnya dilanjutkan dengan bus menuju Voss kemudian dari Voss lanjut naik kereta ke Bergen. But to be honest, saya sudah mulai bosan gabung dengan rombongan tour yang suka rame dan berisik sendiri. Udah mulai bosen dengan pemandangan manusia yang bergerombol. Akhirnya saya putuskan buat naik bus yang berbeda. Bus yang menuju Bergen. Saya sempat browsing sehari sebelumnya dan nemu informasi bahwa ada bus yang ke Bergen tapi harus jalan ke halte yang letaknya enggak jelas disebutkan dimana. Setelah numpang tanya sana sini akhirnya ketemu juga haltenya. Untuk mencapai halte Bus menuju Bergen namanya E16. Letaknya dipinggir jalan raya. Jadi saya harus jalan dulu kearah jalan raya sambil manggul tas yang entah kenapa mendadak jadi berat. Mungkin ada gnome yang ngikut di dalam tas. Hiii!!

Saya sudah tiba di Halte sekitar setengah jam sebelum jadwal kedatangan bus (jadwalnya ditempelin di halte). Engga ada siapa - siapa di halte saat ini. Suasananya sepi sekali. Hanya sesekali ada kendaraan yang lewat entah itu mobil pribadi ataupun bus pariwisata. Pemandangan di depan halte bus adalah tebing dengan tiga air terjun. Cakep! Belum pernah nunggu bus di Halte yang ada pemandangan air terjunnya. Ini mah mau nunggu sejaman juga betah - betah aja kalau pemandangannya bagus gini *ngomong dalam hati*.

Hati - hati ama omongan. Meski cuman dalam hati bisa aja diaminin ama peri yang lewat (kan lagi di alam antah berantah). Beneran sudah nunggu sejam busnya belum datang juga. Lebih lama dari ngantri busway jurusan pulogadung ini mah. Bosen juga mantengin air terjun sampe sejaman. Kondisinya kurang lebih bisa dilihat di video dibawah. Eniwei, tolong abaikan celana saya yang basah. Itu gara - gara air minum tumpah di dalam tas :( Maap resolusinya jelek. File gede uploadnya lama euy. Ntar deh dibikin video yang resolusinya lebih bagus buat rangkuman semua perjalanan :)




Ga lama kemudian ada satu orang lagi yang datang ke halte. Saya segera bergeser duduknya buat memberi tempat. Dibalas dengan thanks dan langsung pake earphone *okeh whateveeeerr...

Setelah menunggu sekitar 1,5 jam akhirnya busnya datang juga. Harganya NOK300. Jadi kalau dari segi penghematan duit mah saya ga menghemat. Harganya sama - sama aja dengan naik bus dulu ke Voss baru lanjut kereta ke Bergen. Busnya tetap lewat Voss and make a stop for a while. But at least saya engga perlu rempong - rempong keluar bus dan ganti transport. Pemandangan sepanjang perjalanan juga cantik. Sayang rasanya dibawa tidur. Waktu akhirnya nyampai di Bergen hari sudah sore. Hujan pula. Untung ga gede. Belakangan saya baru tau kalau Bergen itu mirip Bogornya Indonesia. Sering banget hujan!

Norway, like the other Scandinavian Countries, is an expensive country. Selama di Norway tiap beli makan saya cuman bisa geleng - geleng kepala lihat harganya. Dan Bergen adalah kota yang paling mahal di Norway! Waktu sebelum berangkat dan cari - cari penginapan, hanya ada satu hostel yang letaknya masih ditengah kota dan sesuai dengan kantong saya. Cuma satu!! I have no choice. Jadi terpaksa saya booking yang itu walaupun score review Hostel tsb sedikit diatas pas - pasan. Sebut saja namanya Hostel Si Fulan. Eughh... Setelah melakukan booking, beberapa hari kemudian saya menerima email dari hostel tsb yang menjelaskan bahwa hostel si Fulan ini tidak memiliki resepsionis. Jadi di hari H saya akan menerima email yang berisi password code untuk masuk ke Hostel. Untuk tahu saya tidur dimana nantinya di tempat tidur akan dicantumkan nama saya. Hemmm...

Beberapa hari sebelum berangkat saya sempatkan untuk membaca lebih detail review  atas hostel tsb. Masalah utama yang sering dihadapai adalah terkait email yang dikirimkan oleh pengelola hostel sering kali terlambat atau terlalu mepet. Akhirnya banyak yang harus melakukan telepon international hanya untuk meminta kode masuk hostel ke pengelola. Belum lagi kamar yang diceritakan terlalu pengap dan sempit. Bersyukurlah jika pada saat kita tiba di hostel ada penghuni lain. Jika tidak suasana di hostel terlalu menyeramkan apabila hanya sendirian saja. Duh!! Baca reviewnya kok saya jadi males duluan. Mau liburan tapi kok rasanya terlalu nyusahin diri. Tapi hostel ini satu - satunya yang ada di area yang terbilang masih dipusat kota. Akhirnya dengan sangat terpaksa saya memutuskan untuk menginap di HOTEL. Iya, HOTEL. Bergen adalah satu - satunya kota dimana penginapan saya adalah HOTEL. Iya, HOTEL (diulang - ulang mulu). Harganya kurang lebih seperti hotel bintang 4 di Indonesia tapi kenyataannya yang saya dapat yaahh... setara hotel bintang 2 kali ya. Boleh lah nyaris 3 karena termasuk bersih, nyaman dan ramah para petugasnya.


Bok NOK 200 aja :(
Sudah mulai bosen makan serampangan dari kemarin - kemarin, pinginnya di Bergen bisa makan yang agak proper. Salah satu area yang sangat terkenal dengan makanannya adalah fish market alias pasar ikan. Tapi pasarnya ga becek atau bau. Ikan - ikannya segar dan bisa langsung dimasak kemudian dimakan di tempat. Yang jual juga namanya doang mas - mas tukang ikan tapi tampilannya mentereng pake kacamata item plus nenteng mesin EDC (karena pas ada yang mau bayar. Kalau enggak mah mesinnya diletakin. Hehheh). Melihat suasananya yang kayanya seru ahirnya saya putuskan buat malamnya makan di daerah ini. Eitss jangan salah, meskipun namanya pasar ikan dan tempat makannya sejenis warung tenda jangan harap harganya sekelas warung tenda juga. Buat makanan yang saya pesan saya harus bayar NOK 200 atau sekitar 400 ribu rupiah. Glekk!

Bergen kota terakhir yang saya kunjungi di Norway. Dari Norway saya melanjutkan perjalanan ke Reykjavik, Iceland. Bergen airport sendiri mengingatkan saya ke Soekarno Hatta. Agak chaos dan bikin pusing menurut saya. Kalau mau dapat harga yang "menyenangkan" silahkan booking tiket pesawatnya dari jauh - jauh hari. Harganya bisa hanya berkisar 1jt rupiah one way. Kemarin sih saya engga jauh - jauh hari amat bookingnya. Jadi ga dapat yang murah banget tapi ga mahal - mahal amat juga. Norwegian air juga pesawat pertama yang pernah saya tumpangi yang ngasih fasilitas internet gratis selama penerbangan. Lumayan banget lah :)

Overall, I really do like Norway. Alamnya indah dan selama perjalanan saya merasa orangnya ramah - ramah. Setiap numpang tanya atau minta penjelasan apa ke orang lokal saya merasa direspon dengan sangat ramah dan baik. Enggak di semua negara loh begitu. Contohnya negara yang berikutnya saya kunjungi :D


8.17.2014

RETURN TICKET - BERKUNJUNG KE NEGERI PALING BAHAGIA SEDUNIA DAN TEMAN - TEMANNYA


KENAPA BELA - BELAIN TRAVELING?

You know what pathetic employee is? Yes, kind of one yang menggantungkan semangat kerjanya di jatah cuti 12 hari yang dipakai buat jalan- jalan. Abis balik jalan - jalan si pathetic pun uring - uringan lagi. Setahun itu diusahain jalan - jalan sesering mungkin. Biar semangat kerja katanya. Traveling itu pelarian pokoknya. Oh iya, saya sendiri DULU masuk kategori ini *uhuk*

Sekitar 2 tahun yang lalu saya sempat jadi pengangguran abis resign dari kantor yang lama. Waktu itu niatnya sebenarnya ogah buat kerja kantoran lagi. But at the end I still end up sebagai pekerja kantoran *sigh*. Semenjak balik ngantor lagi (which is kantor yang sekarang) saya sudah putusin enggak akan mau lagi jadiin traveling sebagai pelarian. Ogah!! I should enjoy the remaining days in a year not only those 12 days. Tapi saya akui, traveling itu banyak manfaatnya. Banyak 'piknik' itu bikin kita jadi ga kuper, lebih toleran, lebih tertib, lebih mandiri, lebih hemat dan sering kali balik - balik traveling itu suka dapat inspirasi baru. Jadi saya putusin bahwa tiap tahun saya harus tetap ada traveling. Enggak perlu dipaksaian sering - sering. Yang penting harus ada ke tempat yang bener - bener beda dan benar - benar  butuhin usaha.

Tahun 2012 saya mulai segala jenis penghematan. Saya ndak traveling kemana - kemana demi penghematan jatah cuti dan pengeluaran. Cuti selama setahun endak saya ambil sama sekali. Niatnya biar libur lebaran 2013 bisa dibablasin buat abisin cuti. Waktu itu keponakan saya baru lahir di Belanda dan menginjakkan kaki di Eropa merupakan salah satu item di bucket list saya :) Jadi klop lah. Jatah cuti satu tahun plus libur lebaran saya gabungin buat bisa Euro Trip di tahun 2013.

Akhir tahun 2013 saya sudah mulai mikir lagi libur lebaran 2014 mau kemana. Heboh bener udah disiapin berbulan - bulan sebelumnya? Iya dong, kan prinsipnya sekarang traveling itu buat self development dan cari pengalaman baru. Jadi harus ke tempat yang memang benar - benar butuhin usaha. And yes, enggak sebentar buat nyiapin semuanya. Ada beberapa ide tempat buat dikunjungi sebenarnya. Tapi saya terhalang masalah utama: "GA ADA TEMAN YANG BISA DIAJAK JALAN BARENG". Well, di umur segini, hal paling nyambung buat dibahas dilingkungan pertemanan saya terkait libur lebaran adalah:
1. Duh, si mba abis lebaran balik ga ya?
2. Kira - kira si mba ntar minta cuti berapa lama ya? dan sejenisnya.

Akhirnya ide solo traveling pun muncul. Saya belum pernah solo traveling ke negeri orang tapi sudah sering baca artikel - artikel dan pengalaman orang tentang solo traveling yang katanya at least once in your life you should do it. But I'm not that brave honey. Dengan pertimbangan sana sini akhirnya saya putusin buat solo traveling ke negara - negara yang cukup terkenal aman aja. Dan ga usah lama - lama. Pengalaman pertama mah hitung - hitung belajar dulu aja. That's it. I'll go to Scandinavia for 8 days (only) and spend about 2 weeks in Netherland (masih kangen ponakan euy..). Terus kenapa harus keluar negeri? Karena bisa survive di negara yang orang - orangnya, kondisinya, dan segala sesuatunya serba asing pasti lebih ngasih pengalaman daripada traveling di negeri yang kita sudah familiar. Menurut sayaaa.. :)


HOLA NETHERLANDS!! :)
Sehari sebelum berangkat saya wotsapan dengan abang saya yang tinggal di Belanda. Dia mastiin saya naik pesawat apa sambil ngasih tau kalau baru saja ada pesawat MAS yang jatuh ditembak. Saya langsung cari infonya di internet dan merasa sedih yang luar biasa. Terserah deh mau dibilang lebay. But imagine if one of the passenger is ur family, your friend, or maybe yourself. Kebayang sedihnya luar biasa. Setahun yang lalu waktu balik ke Jakarta dari Amsterdam saya juga naik MH17. Jam dan rute yang sama persis. Waktu itu saya sempat ngobrol dengan salah satu flight attendantnya sebelum boarding. Saya lupa namanya :( Sepertinya dia salah satu flight attendant senior kalau dilihat dari usianya dan waktu naik ke pesawat saya sempat lihat dia siap - siap untuk bertugas di area depan atau tempat penumpang business class. Kita sempat ngobrol - ngobrol karena waktu itu teman saya memang lagi kabur buat beli titipan. Dia malah sempat minta email dan no saya. Sayangnya saya enggak minta email dan no nya si Bapak. Karena waktu itu dia sudah harus bersiap - siap untuk segera masuk ke pesawat. Waktu dengar berita MH17 jatuh ditembak, saya langsung teringat si Bapak. Mudah - mudahan dia tidak ada di pesawat itu :(

Sepertinya beberapa teman dan keluarga juga jadi khawatir. Enggak ngomong terang - terangan tapi dari nada suara dan pertanyaan mereka saya tahu mereka khawatir. Apparently, all of those things affecting me. Karena terus - terusan ditanyain dan diingetin soal rute pesawat, kemungkinan penembakan lagi plus exciting pula jadi asli  Kamis malam saya sudah engga bisa tidur sama sekali. Pesawat saya berangkatnya Sabtu dini hari jam 00 sekian. Jadi saya ke bandara jumat malam udah kaya ngezombie sebenarnya. Ngantuk kali! Begitu pesawat lepas landas saya langsung ambil posisi tidur. Saya tahu makan malam pasti segera dibagiin. Tapi ngapain juga makan jam segitu. Paksain tidur pokoknya. Sayangnya dua manusia yang duduk disebelah saya berisik bener!! Nonton pake earphone tapi suaranya kemana - mana. Set dah ga kurang kenceng tuh mas mba volumenya? Belum lagi kalau dua - duanya udah sok unyu - unyuan manja - manjaan. Berisik! (eh ini bukan sirik ya). Alhasil selama perjalanan Jakarta - Dubai sekitar 8 jam saya batal tidur. Sedih :( Udah skip makan, ga tidur bisa tidur pulak *ya siapa suruh!*

Dubai ke Amsterdam memakan waktu sekitar 7 jam. Saya paksain buat engga tidur sekalian dan kali ini engga mau ketinggalan jatah makan. Laper bok! Oh iya dari Dubai ke AMS itu pakainya Airbus 380! Yeiyyy!! :) Nyampai Amsterdam saya (dan abang saya yang udah nungguin di Schipol) engga langsung cabut ke Delft tempat dia tinggal tapi ngacir dulu ke Den Haag buat jemput ponakan dan kaka ipar yang sedang ngadem di mall. Katanya Delft lagi panas - panasnya jadi ponakan saya suka rewel di rumah. Abang saya cerita kalau mereka ngadem di mall terbesar yang ada di Den Haag. Secara Den Haag itu pusat pemerintahan dan merupakan salah satu kota terbesar di Belanda saya sempat bengong waktu tahu ternyata mall terbesar di Den Haag itu kurang lebih kaya... emm... Ramayana & Robinson deh kalau disini. Hehhehehe. 

Ternyata engga perlu ngalamin jet lag. Engga tidur 2 malam bikin saya tidur pulas waktu nyampe Delft. Bangun pagi udah segar lagi. Senang dan bersyukur bisa balik ke Delft. Delft masih cantik. Es krim Bram Ladage 50 cent masih jadi favorit saya (yes, it's lame. But I love the price and the taste), oostpoort masih tetap jadi tempat merenung andalan, dan Delft Markt alias centrum area masih jadi tempat nonkrong paling menyenangkan. Lop yu Delep :) :) 


Delft Oostpoort


Delft Markt

HELLOW THE HAPPIEST COUNTRY ON EARTH!!
Say bye to Delft for a while. Setelah hampir seminggu di Delft saya mulai perjalanan ke negara lain sendirian. Negara pertama adalah Denmark. Negeri yang menurut UN report adalah negara paling bahagia sedunia. Dan jujur alasan saya mengunjungi negara ini karena penasaran dengan predikat tsb. 

Naik kereta dari Amsterdam ke Copenhagen ternyata lebih mahal daripada naik pesawat. Bisa belasan jam pulak. Jadi akhirnya saya putusin naik pesawat. Saya naik SAS yang kalau dirupiahin tiketnya sekitar 1,5jt rupiah (iyes, kereta lebih mahal dari itu. Males..). Kalau naik SAS bagasinya gratis kok. Mengingat kedepannya saya bakal banyak naik budget airlines yang bagasinya kudu bayar, jadi saya ga mau sia - siain yang namanya jatah gratisan. Carrier bag yang beratnya engga seberapa saya masukin bagasi aja. Ternyata itu kesalahan besar. Waktu nyampai Kastrup Airport, ternyata bagasinya delay *sigh*. Bagasi aja bisa delay saya juga ga ngerti sih. Butuh hampir satu setengah jam kayanya sampai akhirnya saya bisa manggul si carrier bag lagi. Pesawatnya sendiri juga delay waktu berangkatnya. Dan waktu nyampai Kastrup kita juga ketahan ga bisa masuk terminal kedatangan. Pintu masuk terminal dikunci dan enggak ada yang jaga. Sampai salah satu penumpang sangkin keselnya sampai teriak "What a nice welcome!!" Hehehhe.. waktu itu saya mulai meragukan cerita - cerita tentang negara - negara Scandinavia yang katanya rapi, teratur, tepat waktu dan efisien. Yah tapi anggap saja saya lagi sial. Hal tsb mungkin sebenarnya amat sangat jarang terjadi. Kebetulan aja terjadinya pas saya berkunjung :D


In front of train station Copenhagen
Dari airport saya naik kereta ke pusat kota alias ke stasiun kereta. Tempat saya menginap memang dekat stasiun kereta. Dari awal yang paling saling takutin tentang jalan sendirian adalah ENGGA BISA BACA PETA. Saya malas kalau harus nyasar sendirian. Waktunya jadi kepotong banyak buat muter - muter terus capek pulak. Kemampuan saya baca peta menurut saya waktu itu jauh dibawah rata - rata. Saya engga takut soal kesepian dijalan atau ga punya teman ngobrol. Saya yakin pasti ada lah yang ngajak ngobrol. Saya juga anaknya terbiasa HeRi alias Heboh Sendiri dengan kamera saya. Lonely will not be an issue. Tapi nyasar will definitely be an issue! Bleh!!

Waktu di Kastrup saya sempat ambil peta gratisan sebenarnya. Tapi begitu sampai stasiun kereta entah kenapa saya malas buka petanya. Saya malah bukanya screen capture google maps cara ke penginapan dari stasiun yang sudah sempat disave di hp. Mungkin karena saya sudah mencap diri saya ga bisa baca peta, ya udah saya jadi ga bisa beneran. Instead of benar - benar merhatiin petanya dan mikirin titik saya berdiri, saya malah muter - muter ga jelas di jalanan. Ada sekitar setengah jam saya cuman muter - muter bengong ga jelas. Hampir aja saya numpang tanya sampai akhirnya saya sadar, dari tadi tiap muter - muter saya mulai dari belok kanan begitu keluar pintu stasiun. Kenapa kali ini ga coba belok kiri. Dan ternyata belum sempat jalan, baru muter badan ke kiri doang, sudah terlihatlah papan yang bertuliskan nama penginapan saya. Iyes, ternyata penginapan saya tepat disebelah kiri stasiun kereta. Gitu keluar dari stasiun tinggal ngelirik ke sebelah kiri doang udah keliatan dengan jelasnya. Tuh kaannn.... *nangis*

Di Copenhagen saya nginap di hostel (tentunya). Mix dorm yang isinya 6 orang. Kamarnya sempit terus dijejelin tempat tidur 6 biji dan pakai bed curtain. Kebayang kan panasnya kaya apa. Harganya sekitar DKK 339 atau 750rb kalau dirupiahin. Mahal sih menurut saya. But, hey it's Scandiv! What do you expect. Oh iya di hostel ini juga WAJIB buat sewa bed linen (baru tau belakangan setelah booking) dan disediain loker tapi gemboknya bawa sendiri. Dududududu...
Bed curtain for each bed
Dikamar saya penghuninya ada 5 orang termasuk saya. Ga ada yang ngajak saya ngobrol. Cuma say hi terus mereka sibuk ngobrol ma teman masing - masing. Tenyata mereka travel bedua - bedua. Mereka HeRi dengan temannya, saya pun HeRi dengan kamera dan fasilitas wifi gratis. Gpp.. *peluk bantal*

Waktu akhirnya saya mulai city sightseeing di Copenhagen, mau ga mau terpaksa saya mulai buka peta dan paksain buat belajar. Ternyata peta gratisan yang saya dapat dari airport detail banget. Dan ternyata baca peta itu ga susah. Hehhe.. Susah itu kalau kita udah mikir susah duluan. Yakin ga bisa ya udah jadi beneran ga bisa. Memang kadang saya jadi suka melakukan gerakan aneh dijalan. Yah semacam menyesuaikan posisi peta dengan tempat saya berdiri atau sebaliknya. Tapi cuek aja. Semua orang yang jalan sambil pegang peta juga melakukan hal yang sama. Akhirnya saya sukses jalan - jalan bermodalkan peta tanpa nyasar berlebihan seperti yang saya takutkan. Hey, I already got a new lesson from this trip :D
Change of guards at Amalienborg Palace Copenhagen
Copenhagen is a nice city tapi in the end ga terlalu berkesan sih buat saya. Hehhehe. Mungkin karena agak kebanting dengan negara - negara lain yang saya kunjungi sesudahnya. Di Copenhagen saya lebih banyak city sightseeing aja. Muter - muter di Stroget (tempat belanja paling hip di Copenhagen) tapi tentunya saya tidak belanja :D, terus ke Nyhavn ngeliat rumahnya H.C Andersen, ke patung little mermaid yg ternyata memang little itu, ngeliat pertukaran penjaga di Amalienborg Palace, ke Marble Church (di jam - jam tertentu bisa naik ke church tower buat lihat Copenhagen dari atas) plus kastil - kastil yang memang banyak di Copenhagen. Dari semua sih yang paling seru saya bilang nontonin pergantian penjaga di Amalienborg Palace. Terus tempat yang paling saya suka adalah Nyhavn. Daerahnya cantik dan enak buat nongkrong duduk - duduk. 


Nyhavn Copenhagen
Copenhagen memang nyaman dan cantik kotanya. Bersih dan teratur juga. Tapi ya engga terlalu spesial dan beda dengan kota - kota lain di Eropa sih. Tadinya saya pikir dengan predikat negeri paling bahagia sedunia bakal ada apa lah tentang kotanya (emang ngarep apeee??). Mungkin karena saya stay cuma bentar banget. Tapi tahun lalu waktu saya ke Geneva juga cuma sebentar. Tapi saya bisa merasakan betapa bersih, teratur, rapi dan beda negara itu dibanding negara Eropa lain. Tapi ahh, sudahlah... Copenhagen itu menyenangkan kok. Mungkin saya aja yang terlalu ngarep macem - macem. Hehheheh

Oh iya ada satu yang menarik waktu saya muter - muter di Copenhagen, saya nemu yang namanya Happy Wall. Bentuknya seperti ini:


Dari Copenhagen tujuan saya berikutnya adalah Oslo. Setelah browsing sana sini, cara termurah adalah naik kereta dulu dari Copenhagen ke Malmoo Swedia. Keretanya ngelewatin laut. Nama jembatannya Oresund. Kalau suka nonton serial "The Bridge" pasti tau jembatan ini. Dari Malmoo saya lanjut naik bus ke Oslo. Berangkat dari Malmoo sekitar jam 11 malam, nyampai di Oslo jam 6 pagi. Dan bus nya, oh my God. Saya belum pernah naik bus senyaman itu. Dalam busnya mah biasa aja kaya bus yang lain. Tapi mesinnya enggak berisik. Terus yang nyetir enak banget. Engga ngerti emang dia jago ngeremnya apa ni bus emang ga berasa kalau ngerem. Halah! Wifinya juga kenceng. Tapi saya sih lebih milih tidur daripada internetan :D
Oresund bridge
And apparently, the real adventure is started in Norway :) :)


7.13.2014

LUCK AND BAD LUCK


A self reminder. Many times we create our own luck and bad luck destiny. Yeah, not always off course :)

5.03.2014

Cerita Dari SDN Kembangan Utara 06 Pagi


Tanggal 24 April yang lalu saya ikut ambil bagian di Kelas Inspirasi 3 Jakarta. Saya dan dua fotografer lain plus sebelas orang relawan pengajar bergabung dalam kelompok 6 dan akan mengisi kegiatan belajar di SDN Kembangan Utara 06 pagi. Kenapa akhirnya bersedia buat ikutan? Begini ceritanya *ambil minum dulu bentar*


Capek ngeluh. Mungkin itu yang pertama. Rasanya terlalu banyak hal jelek yang didengar tentang negeri ini setiap hari. Dan saya salah satu orang yang suka ngomongin kejelekan itu dengan teman – teman yang lain. Ngeluh melulu tentang negeri ini. Tapi pertanyaannya, saya sendiri sudah berbuat apa? Sebagai pembelaan saya akan bilang bahwa saya adalah warga negara yang baik. Saya bayar pajak (kalau pajak penghasilan sudah dipotongin ama kantor juga sih), saya naik transport umum dengan tertib, enggak buang sampah sembarangan, dll dst.

Tapi kalau mau jujur kita semua tentu tahu, bahwa itu semua enggak cukup. Negeri ini sudah terlanjur memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Hidup dengan nyelametin diri sendiri alias “yang penting kelakukan saya enggak nambah masalah” enggak akan cukup buat membantu negeri kita bisa cepat bangkit. Butuh lebih dari sekedar peduli pada diri sendiri. Kita juga perlu berbuat sesuatu yang fokus utamanya bukan hanya diri kita. Pertanyaannya sejauh mana kita mau repot turun tangan? Cara paling gampang dan ga ngerepotin mungkin bisa dengan menjadi donatur tetap untuk LSM atau NGO. Tinggal pakai sistem autodebit tiap bulan kita sudah bisa cukup “tenang” karena merasa sudah lebih melakukan sesuatu. Enggak ada yang salah sih, saya juga melakukan hal yang sama. Saya percaya hal tsb juga sangat membantu. Tapi kalau mau jujur pasti kita sebenarnya sadar, bahwa kita harusnya bisa lebih turun tangan. Tapi pertanyaannya lagi, sejauh mana?

Menurut saya, saya ini jauh dari tipe orang yang menginspirasi (kok jadi minderan??) Saya gak punya karir yang bagus – bagus amat kaya si A, saya enggak punya prestasi cemerlang gemilang kaya si B, saya enggak punya jiwa sosial setinggi si C, plus alesan ini itu dll dst yang membuat saya urung lebih banyak turun tangan. Cari jalan aman aja. Yang penting hidup saya enggak nambah masalah buat negeri ini. Alasan yang sama yang membuat saya enggak pernah daftar buat ikutan Kelas Inspirasi padahal sudah dengar tentang kegiatan ini dari tahun pertama diadakan. Buat ngantor sehari – hari aja saya butuh perjuangan buat bangun dari kasur. Mau menginspirasi apa ke mereka? Tapi nyari – nyari alesan terus juga bikin capek kok. Hehheh. Akhirnya saya putusin buat cari tahu lebih banyak tentang kegiatan ini. Mungkin saya bisa membantu dengan cara lain. Memang jodoh enggak kemana (apa hubungannya??).  Kelas Inspirasi juga terima relawan fotografer. Karena memang senang fotografi akhirnya saya mantap buat mendaftar. Setidaknya saya bisa membantu jalannya kegiatan positif ini melalui hobi saya. Begitu doang niat awalnya.


Setelah briefing pertama diadakan, kita satu kelompok mulai kenal satu sama lain. Kita punya group whatsapp yang buat saya sungguh – sungguh amat sangat aktif sekali. Berhubung notifkasi group di hp memang saya silence, jadinya suka engga sadar kalau di group lagi rame. Waktu liat hp tiba – tiba udah 200 message saja. Luar biasaaaa.... Saya pun belajar dari teman – teman ini. Dari chat yang ada saya tahu kalau mereka semua deg – degan. Bingung nyiapin materinya seperti apa, khawatir entar anak – anaknya gimana. Mereka bukan professional pengajar. Menyiapkan materi mengajar ini bukan hal yang gampang buat mereka. Dan mereka tidak hanya ingin sekedar mengajar, selesai,  lalu pulang. Mereka ingin materinya benar – benar bisa dimengerti dan menarik bagi anak – anak di sekolah nantinya. Saya jadi sadar. Buat membantu itu yang dibutuhkan no 1 adalah MAU. Masalah mampu bisa dipelajari dan diusahakan nantinya. Yang penting MAU turun tangan dulu. Asal memang diniatin dengan baik dan mau diusahakan pasti nantinya bisa mampu juga. Terbukti pada teman – teman ini. Pada hari H saya melihat semangat berbagi yang tinggi di mereka. Terkadang mereka memang terlihat kewalahan karena kelakuan anak - anaknya, tapi saya bisa melihat bahwa mereka melakukannya dengan tulus. Bahwa mereka tidak hanya bercerita mengenai profesi mereka, tapi juga menginspirasi dengan nilai – nilai baik yang memang penting buat dimiliki. Mengajarkan kepada anak – anak disekolah bahawa mereka juga bisa memiliki penghidupan yang lebih baik kelak.

Saya jadi ingat sekitar 2 tahun yang lalu waktu saya baru berhenti dari kantor yang lama dan belum bekerja di kantor yang sekarang. Selama sekitar satu bulan saya mengajar anak – anak SD di Panti Asuhan.  Setiap pagi saya ketempat mereka untuk membantu mereka belajar ataupun menyelesaikan PR (mereka sekolahnya pada masuk siang). Tidak pernah ada persiapan yang saya lakukan sebelum bertemu mereka. Tidak ada terfikirkan “hari ini cara mengajarnya gimana ya biar mereka benar – benar faham materinya dan senang belajar??” Yang saya lakukan saat itu persis cermin pendidikan di negeri kita yang suka saya keluh – keluhkan. Tidak ada metode yang baik yang bisa meningkatkan keinginan dan semangat murid – murid buat belajar. Saya sok ngeluh dan komen, tapi saya sendiri melakukan hal yang sama. Sungguh, akhirnya saya belajar dari teman – teman di kelompok saya tentang tentang MAU untuk lebih “repot” saat turun tangan.


Balik ke kegiatan Kelas Inspirasi, di hari itu sewaktu jam istirahat di kantin beberapa orang anak menghampiri saya. Terlihat jelas kalau mereka tertarik dengan kamera yang saya bawa. Mereka banyak bertanya dan minta diberitahu harganya. Saya minta mereka untuk menebak dan akhirnya mereka menyebutkan mulai dari angka 1 juta, 2 juta, 3 juta, 4 juta, dst udah persis kaya deret hitung. Akhirnya di angka sebelas saya iyain aja bahwa harganya segitu (eh maap ini bukan mau nyombong harga kamera yaa. Beneran buat beli kamera mah saya kudu lama banget buat nabungnya). Waktu tau harganya si anak bengong. Terus dia nanya “Itu duit kakak semua? Dibantu orang tua enggak belinya?” Saya bilang “Itu uang saya semua. Dan kamu juga suatu saat pasti bisa punya asal kamu sekolah yang bener.” Si anak yang tadinya pecicilan jadi diam. Entah kenapa. Enggak tau apa yang ada di fikiran mereka tapi semoga ada hal baik yang tertanam.

Sungguh saya berharap mereka  bisa mendapatkan sesuatu yang baik dari apa yang kami bagi di hari itu. Karena saya sendiri merasa mendapatkan hal yang berharga. Suatu teguran buat saya untuk mulai mengalihkan energi yang selama ini saya pakai buat mengeluh menjadi tindakan untuk mau lebih peduli dan lebih turun tangan :)